Kehidupan sering kali terasa seperti permainan teater yang rumit, di mana aku berperan sebagai pemeran utama yang terus berjuang meski tidak tahu arah cerita ini akan berakhir. Saat melihat orang lain tersenyum, bahagia, dan menjalani hidup dengan seolah semuanya sempurna, hati ini selalu bertanya, “Kapan giliranku untuk merasakan kebahagiaan yang sama?” Inilah curhatanku tentang rasa lelah yang terpendam dan harapan untuk menemukan kebahagiaan di tengah kesulitan.
Setiap hari, aku bangun dengan harapan baru, tetapi sering kali harapan itu sirna seiring berjalannya waktu. Rutinitas harian yang monoton dan beban pekerjaan yang semakin berat membuatku merasa terjebak dalam lingkaran yang tidak ada habisnya. Di pagi hari, ketika alarm berbunyi, aku berjuang untuk bangkit dari tempat tidur. Rasanya, semua energi dalam diriku lenyap seolah ditelan oleh keletihan yang terus menggerogoti. Mungkin aku terdengar berlebihan, tetapi itulah kenyataan yang kuhadapi.
Ketika aku melangkah keluar rumah, melihat orang-orang di sekitarku yang tampak ceria, ada rasa iri yang sulit untuk diungkapkan. Mereka tertawa, berbagi cerita, dan menjalani hidup tanpa beban yang terlihat. Di media sosial, semuanya tampak sempurna—liburan, pencapaian, dan momen bahagia. Setiap kali aku melihat foto-foto mereka, aku bertanya-tanya, “Kenapa aku tidak bisa merasakan kebahagiaan yang sama?” Perasaan ini semakin dalam ketika aku menyadari bahwa aku seolah terjebak dalam rutinitas tanpa akhir, sementara mereka melangkah maju dengan penuh semangat.
Aku mencoba untuk bersyukur atas apa yang aku miliki, tetapi terkadang, rasa syukur itu terasa samar. Dalam hati, aku merasa terjebak dalam siklus perbandingan yang tidak adil. Kenapa mereka bisa menjalani hidup dengan begitu mudah? Kenapa aku harus berjuang keras untuk hal-hal yang seharusnya menjadi hal sederhana? Setiap kali aku merasa lelah, aku teringat akan harapan untuk bisa bahagia seperti mereka. Namun, harapan itu sering kali terasa jauh, seperti bintang yang bersinar di langit malam tetapi tidak bisa dijangkau.
Beban pekerjaan yang semakin meningkat juga menjadi salah satu sumber kelelahan. Ketika atasan memberikan tugas tambahan, aku merasa semakin tertekan. Rasanya seperti harus mengejar sesuatu yang tidak pernah bisa aku raih. Mungkin aku terlalu keras pada diri sendiri, tetapi aku merasa harus membuktikan bahwa aku mampu. Namun, semakin aku berusaha, semakin aku merasa terjebak dalam kekecewaan. Pekerjaan yang seharusnya memberikan kebanggaan justru menjadi sumber stres yang tak berujung.
Setiap malam, ketika semua orang tertidur, aku sering terjaga dengan pikiran-pikiran yang berkecamuk. Kenangan tentang kegagalan, harapan yang tidak tercapai, dan ketakutan akan masa depan menyergap pikiranku. Ingin rasanya berteriak, tetapi suara itu hanya tertahan dalam hati. Aku merasa terasing dalam keramaian, seperti sebuah pulau di tengah lautan, terpisah dari kebahagiaan yang aku idamkan.
Aku mulai mencari cara untuk mengatasi perasaan ini. Beberapa kali, aku mencoba berbicara dengan teman-teman tentang apa yang kurasakan, tetapi sering kali mereka tidak bisa memahami seberapa dalam perasaanku. Mereka memberi nasihat yang baik, tetapi terkadang, aku hanya butuh seseorang yang bisa mendengarkan tanpa menghakimi. Aku ingin mengeluarkan semua rasa capek ini, tetapi tidak tahu bagaimana cara melakukannya.
Di tengah kegalauan ini, aku menyadari bahwa mungkin aku terlalu fokus pada apa yang tidak aku miliki. Mungkin, saatnya untuk berusaha melihat sisi positif dari hidupku. Mungkin ada kebahagiaan dalam hal-hal kecil yang sering terlewatkan, seperti senyuman orang-orang terdekat atau momen-momen sederhana yang bisa membuatku merasa hidup. Mencari kebahagiaan tidak selalu harus melalui pencapaian besar; terkadang, kebahagiaan itu ditemukan dalam perjalanan.
Aku ingin belajar untuk mencintai diri sendiri dan menghargai proses yang sedang aku jalani. Mungkin aku belum berada di tempat yang aku inginkan, tetapi setiap langkah kecil menuju kebahagiaan itu penting. Ketika melihat orang lain bahagia, aku harus ingat bahwa mereka juga memiliki perjuangan yang tidak terlihat. Mereka mungkin juga pernah merasakan kelelahan, kekecewaan, dan harapan yang hampa.
Aku ingin mengubah pandanganku tentang kebahagiaan. Mungkin, kebahagiaan tidak selalu datang dari luar, tetapi bisa dimulai dari dalam diri. Dengan berusaha untuk bersyukur dan menghargai setiap momen, aku berharap bisa menemukan kembali cahaya yang mungkin sudah lama padam. Aku ingin bahagia, seperti mereka, tetapi aku juga ingin bahagia dengan diriku sendiri.
Satu hal yang kutahu pasti, hidup ini adalah perjalanan. Mungkin aku belum menemukan kebahagiaan yang aku inginkan, tetapi aku percaya bahwa setiap langkah yang kuambil membawa aku lebih dekat pada tujuan itu. Kelelahan ini mungkin hanya sementara, tetapi harapanku untuk bahagia akan terus ada. Dan siapa tahu, suatu hari nanti, aku bisa tersenyum dengan tulus, merayakan kebahagiaan yang selama ini kucari.